80% keluhan kesulitan menghafal dari para penanya adalah godaan asmara, terutama setelah hafalan mereka sampai pada sepertiga terakhir (juz 20 keatas).
Memang agak misterius, apakah godaan itu satu paket ( built-in) dengan al-Qur'an yang akan dihafal, ataukah itu gejala pubertas biasa yang dialami hampir semua remaja usia dua puluhan tahun? Ibarat virus, godaan asmara ini mampu menggerogoti konsentrasi dan keseriusan hafalan. Betul sekali sebuah ungkapan al-Qur'an, bahwa Allah tidak akan memberikan dua hati sekaligus dalam tubuh satu orang ( min qalbaini fi jaufih ). Menghafal al-Qur'an tergolong “mega proyek” lantaran ia butuh energi dan perhatian yang luar biasa. Ada 6000-an ayat (77436 kata) yang akan ditransfer ke memori otak, di sini diperlukan ketangguhan fisik dan psikis, serta konsistensi dalam kurun waktu 1-3 tahun.
Umumnya, otak kita mampu mentransfer satu halaman al-Qur'an dalam waktu satu jam dengan kondisi kesehatan fit dan full konsentrasi. Namun, jika konsentrasi menurun 20-30% saja, maka waktu yang dibutuhkannya menjadi dua kali lipat alias dua jam. Lalu bagaimana dengan konsentrasi yang hanya tersisa 30%? Mungkin butuh waktu satu minggu untuk menghafal satu halaman saja.
Biasanya santri yang terinfeksi virus asmara saat menghafal, adalah santri yang “mudzabdzab (cita-citanya mengambang)” dan santri yang “ ikut-ikutan” tanpa ada landasan pemikiran yang kokoh. Ibarat sapu lidi, yang ikatannya kuat akan susah dimasuki lidi lagi. Pikiran yang kurang fokus, akan menyisakan ruang-ruang kosong dalam otak dan itu rentan kemasukan “virus asmara”, lalu ia mengendap dan mengakar kuat dalam sel-sel syaraf. Tidak salah memang jika alm. Meggy Z mendendangkan: “rasa cinta pasti ada pada makhluk yang bernyawa”. Layaknya seorang tamu, kadang cinta itu hanya mampir sesaat saja dalam bayangan. Tapi bila pemiliknya betah berlama-lama dengan tamu itu, semakin susah pulang tamu itu, bahkan ikut tinggal bersama.
Biasanya santri yang terinfeksi virus asmara saat menghafal, adalah santri yang “mudzabdzab (cita-citanya mengambang)” dan santri yang “ ikut-ikutan” tanpa ada landasan pemikiran yang kokoh. Ibarat sapu lidi, yang ikatannya kuat akan susah dimasuki lidi lagi. Pikiran yang kurang fokus, akan menyisakan ruang-ruang kosong dalam otak dan itu rentan kemasukan “virus asmara”, lalu ia mengendap dan mengakar kuat dalam sel-sel syaraf. Tidak salah memang jika alm. Meggy Z mendendangkan: “rasa cinta pasti ada pada makhluk yang bernyawa”. Layaknya seorang tamu, kadang cinta itu hanya mampir sesaat saja dalam bayangan. Tapi bila pemiliknya betah berlama-lama dengan tamu itu, semakin susah pulang tamu itu, bahkan ikut tinggal bersama.
Maka untuk menangkal virus berbahaya tersebut, seringkali pengasuh PPTQ Asnawiyyah KH. Muhammad Muchozin ataupun Ibu Nyai Hj. Siti Hajar Harni, AH berpesan kepada para santri untuk tidak bermain-main dengan istilah pacaran, bahkan sebelum terjun ke dunia tahfidz para santri sudah ada ikatan kontrak bahwa selama menghafal tidak boleh pacaran dan tidak boleh menerima pinangan dari laki-laki manapun, "sampean ojo sekali-kali nompo lamaran nek ngajine durung rampung", begitu kata Bu Nyai.
saduran dari: Daurah Tahfidz Nasional
saduran dari: Daurah Tahfidz Nasional
0 komentar:
Post a Comment