RIVAL
Oleh: Kuni Sa'adah
Suasana malam yang mencekam tanpa bintang, kucingpun tak
berbisik, yang ada hanya angin malam yang berhembus mesra dan dihiasi rintikan
hujan yang berjatuhan di atap seng, suaranya bagaikan musik yang bertalutan
seakan melengkapi keindahan malam, gerimis malam rupanya mampu membius
seseorang untuk semakin terlelap tidur disertai angin malam yang mampu meniup
pori-pori, membuat mata enggan untuk terbuka. Para santri putra tidur terlelap
tanpa ada seorangpun yang masih nongol, yang ada hanya suara-suara aneh (ngorok)
bersautan silih berganti seakan meramaikan suasana sepinya malam, khususnya di
kalangan pondok putra Al Itqon. Teng…..teng… teng….suara big ben (jam Inggris)
berdenting menunjukan pukul 03.00 sepertiga malam, ada salah satu santri yang
terbangun karena kerasnya suara big ben milik kyai di ndalem. Kemudian ia
berwudlu dilanjutkan sholat qiyamul lail, ia adalah sosok santri yang terkenal
rajin beribadah alias sufi, ia juga termasuk santri terpopuler yang sering jadi
bahan pembicaraan di kalangan pesantren, khususnya di kalangan pondok putri
yang berada di sebelah barat pondok putra. Namanya kang Diqin, setelah sholat
ia mengoprak-ngoprak santri lainya untuk sholat malam.
“Ayoo kang… podo tangi tahajud, jud…jud…jud…” seru kang
diqin. Sayang sekali aksinya tidak berhasil, semua santri masih molor, kemudian
kang diqin menuju kantor untuk ngebel. “kriiiiiiiiiiiinnggg….”, bel berbunyi,
berharap dapat membangunkan semua santri, misinya itu hanya berhasil
membangunkan satu santri saja yakni kang Tob si lurah pondok. “kang tob….kaang….”
suara kang diqin memanggil, “dalem, pripun kang diqin?” balas kang tob sambil
mengucek-ngucek matanya. Rakyatmu piye iki…. ora ono seng gelem do tangi….
angele pooll gugahane”. keluh kang diqin. “wes ayook digebyur wae gen podo
kapok” jawab kang tob. Sebagai lurah pondok dia memang tegas dan disiplin, dia
pun disegani di masyarakat pondok Al Itqon. Kang tob menyuruh kang diqin untuk
mengambilkan air satu ember dan gayung, kang tob yang mendapat jatah menggebyur
santri yang masih molor, biar tau rasa…… “byuuuuuuuurrrrrrrr...... rasa`noo…….ayooo
tangi poraa...do molor wae” tegasnya tanpa basa-basi.
“byyuuuur……byuuur……” teriak kang diqin semangat 45, misi
terakhir rupanya berhasil membangunkan semua santri, kang tob masih berdiri
tegak di ambang pintu menunggu mereka bangun tanpa terkecuali, setelah semua
bangun kang tob meninggalkan tempat dan kembali ke kantor. ”huuuuh… kemringet
kang bar nggugahi bocah-bocah”. keluh kang tob sambil mengusap dahi, “untung
sampean ewangi nggugah kang, nek ora paleng durung podo tangi”, ucap kang diqin
“wong kadar trimo udan sewengi ora podo
tangi” timpal kang tob. “yowes kang aku arep nang masjid ndisek” ucap kang
diqin sambil keluar dari kantor. Setelah sampai di masjid kang diqin menatap
jam “oh ternyata masih pukul 04.00 belum tiba waktu subuh” akhirnya ia membaca
alqur`an terlebih dahulu itung-itung menunggu waktu subuh tiba, shodaqallohul
`adzim….berujunglah bacaan al qur`an kang diqin dan itu tepat waktu subuh,
kemudian ia segera meraih microphond untuk mengumandangkan adzan subuh dengan
suaranya yang mendayu-ndayu merdu dan berkelok-kelok lincah bagaikan pembalap
motor yang handal, rossi kaleeeee…...
Setiap telinga insan dimanjakan oleh suara merdunya, kang
diqin adalah santri terantusias untuk adzan, suaranya didengar oleh seluruh
penjuru masyarakat Demak, assholaatukhoirumminannauuuuum….itulah suara adzanya
diwaktu subuh. Selain kang diqin ada juga mbah sodri, ia menjabat sebagai
takmir masjid yang tidak mau kalah rajinnya dengan kang diqin, mbah sodri sebagai
rival ( saingan) ketat kang diqin, mereka sama-sama antusias menyerukan adzan,
tapi….bagus kok…patut ditiru tuuuch. Selain mereka berdua ada kang tob, kang
kin, kang lin, kang putut, kang luq dan juga dedek amar, oh yaa ada yang ketinggalan,
itu tuuuuh bang oji…ups sory lupa disebutin…abisnya si abang sibuk ngaanter
gallon siih….jadi terlupakan deeh.
Sebelum tiba waktu dzuhur mbah sodri sudah stand bye di
masjid, beliau awaluman yang berada di masjid, yaaah wajar dooong namanya juga
takmir masjid. “Tuuung…tung…tung…tuuuung…tunng….duuung….duuung….duuung” bedug
sudah berbunyi, saatnya tiba waktu dzuhur, mbah sodri bergegas meraih microphond
langsung tancap mengumandangkan adzan dengan suara khasnya yang melekuk-lekuk
liuk menggema bagaikan jetkoster di Ancol. “Waduuuh…jane arep tak adzani og
malah wes didisiki mbah sodri” gerutu kang diqin dalam hati. Setelah usai
jama`ah santri hufadz setor unda`an kepada bapak yai, mereka sibuk memperbaiki
undaanya biar lanyaaahh. “Kang wes dadi opo durung undaanmua?” Tanya kang tob
pada kang diqin yang lagi sepaneng, “Insya Allah wes kang, lha piye ngajak
semak-semakan?” balas kang diqin. Setelah undaan santri bebas mau ngapain, kang
tob yang hobi molor segera mencari posisi wenak (pw) untuk tidur, sedangkan
kang kin kebal kebul sambil melamun di teras kamar, mungkin dia sedang galau atau
bisa jadi kangen sama itu tuuuhh…yang ada di pondok tetangga. “Baru saja
melamun masak uda ashar?”. Keluh kang
kin dengan menginjak tegesan rokoknya, kang tob tiba-tiba lari sambil
merapikan kancing bajunya menuju masjid, ia berniat adzan walau masih bau
aceem, tapi sesampai di dalam masjid ternyata sudah ada dedek amar, “hooyyy
kang amar iki kan jatahku adzan",
teriak kang tob sambil menghampiri dek amar dengan nafas yang tersengal-sengal
tak beraturan. "lhaah kan tekane kene ndisek aku tho kang..", bantah dedek
amar sambil memegang microphond. "yowes...nek ngunu aku seng adzan sampean
seng pujian, adil kaaan", bijak kang tob. "njeh mpun monggo kang sampean
seng adzan", balas amar dengan meenyerahkan microphond, akhirnya kang tob jadi
adzan juga, nggak sia-sia perjuanganya dibelain bangun tidur langsung lari ke
masjid hanya untuk adzan.
Kang tob memiliki suara khas
serak-serak basah, empuk, benyek dikit, yang mampu menggetarkan relung hati
kaum hawa khususnya santri putri tetangga. Apabila mendengar suaranya para kaum
hawa menjerit histeris bagi yang ngefans, kalo gw sihhh nggak gitu banget...tapi
yo ngefans....hehe. Presiden pondok Al Itqon ini diam-diam pernah tersandung cinta dengan santri pondok tetangga,
kayaknya seruu tuuuuh...kalo udah bicara tentang cinta wahhhheemmmmm.....pasti
semangat memuncak, wajarlah namanya juga kawula muda..tapi hati-hati lhoooh
kalo dipondok putri tetangga berani
bermain cinta berarti harus berani menanggung resiko main lopak-lopak...hehe.
Hari semakin sore, sepertinya sudah
waktunya mengisi perut, kang tob yang perutnya udah keroncongan mengajak kang
ohim ke warung. "Kang ohiiim....neng warung yuuuuk, wes ngelih iki" ajak
kang tob. "ayoooo thoo...tapi lewat siseh pondok putri yoo....nek menowo
ketemu pujaan hati" ucap kang ohim nglantur, "akalmu im pinter men.. tak
takzir mbuoh" ucap kang tob sok serius. "Takzirane nek ditemokke wonge
gelem aku hehe" canda kang ohim. Menjelang maghrib kang diqin sudah duduk
manis di dekat microphond, sambil menunggu maghrib ia membaca alqur`an, rupanya
mbah sodri sudah menabuh bedugnya, kang diqin tancap gas untuk adzan, padahal
mbah sodri sebenarnya ingin adzan juga, mau gimana lagi udah kedahuluan kang
diqin siih... "lhaah jebule wes
kedisikan kang diqin, yoweslah wong tuwo ngalah" kata mbah sodri dalam hati.
Mbah sodri telat siihh...tapi nggak papa mbah...besok juga masih bisa, pantang
menyeraah, semangaat mbahh.
Kang diqin tak mau kalah saing dengan
yang lain, saking rajinnya sampai-sampai setiap waktu ia selalu ada, apa nggak
bosen yaaa? ya bagus lah daripada nggak ada yang mau adzan, patut dicontoh
tuuh.... penggemar kang diqin juga banyak lhoo, si cowok berkacamata, tinggi
putih, ganteng (ngapusi) dan juga pintar ini di gandrungi banyak cewek....(koyok
artis bajakan)...jangan-jangan dia punya jurus terjitu....eiiitsss jangan
suudzon...nggak baik pleennd hehehe. Tiba-tiba bedug isya` menggema, kali ini
ada peluang untuk mbah sodri adzan...(kesempatan bagus mbah...cepetan pegang
mic nya...) akhirnya mbah sodri deh yang adzan... mbak ranti adalah salah satu penggemar
suara mbah sodri, Tuhan memang maha adil, ternyata yang tua pun ada
penggemarnya....alhamdulilah yaah sesuatu......(syahrini kaleee)
Tiga bulan telah berlalu, tak ada
hujan tak ada angin kabar mengejutkan telah mengguncang dunia, santri yang paling populer di pondok alias
kang diqin telah meninggal, eh salah diiing....maksudnya telah boyong dari
pondok tercinta. Gimana perasaan para penggemar kang artis yaaah?? kang diqin
keluar dari pondok bukan karena bosan adzan atau bukan gara-gara di PHK mbah sodri,
tapi karena dia di utus bapak yai ke daerah lain untuk menyebarkan ilmunya,
mantabb kaaan??? OK kaan? hayoooo siapa yang mau daftar? buruuuaaann setok terbatas.......
“Aku kangenn banget suarane kang
diqin, rasane hampa...hidupku sepi...galau gundah resah....gelisah....memikirkan
suara mendayu-dayu kang diqin yang lama tak ber suara.." keluh mbak umi
sebagai fans beratnya. "Halaaaaahhh nek kangen ndang nyusul konooo, gak usah
galau, GITU AJA KOK REPOT..." timpal mbak inuk dengan santai. Setelah
kepergian kang diqin mbah sodri dapat adzan kapan saja tapi tetap ada
rival-rival yang lain, tak apalah yang penting mbah sodri bisa bernafas lega.
Catatan: Apabila
ada kesamaan nama tokoh, latar dan cerita, itu hanya karangan fiktif belaka.
0 komentar:
Post a Comment